Impian Generasi Milenial Jakarta Untuk Bisa Memiliki Rumah

 Generasi milenial yang lahir antara 1980 - 1994 di Indonesia pada tahun 2023 ini presentasenya sudah mencapai 25.87% dari total 278 juta penduduk Indonesia. Saya yang termasuk dalam generasi milenial sudah paham betul bahwa generasi ini sedang sibuk bergelut untuk mengumpulkan aset dan investasi


Impian Generasi Milenial Jakarta Untuk Bisa Memiliki Rumah
sumber : pexels

Saya akan mengkhususkan pada wilayah Jakarta karena memang di kota ini amat sangat sulit untuk memiliki hunian idaman. Itulah kenapa wilayah penyangga (hinteland) disekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor menjadi primadona untuk membeli rumah karena harga tanah yang lebih terjangkau. Tentu ada pengorbanan yang harus dilakukan jika membeli rumah di wilayah penyangga, yaitu :

1. Jarak tempuh ke pusat kota yang jauh
Saat membeli rumah di wilayah Parung, Bogor, generasi milenial harus menempuh jarak yang lumayan yang jauh dengan keterbatasan akses jalan dan jarak yang jauh dari pusat kota. Jika bekerja di wilayah Sudirman, maka dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam perjalanan belum termasuk titik kemacetan yang    sangat banyak.   

2. Fasilitas transportasi publik yang belum merata
Wilayah penyangga memiliki fasilitas transportasi publik yang berbeda dengan Jakarta yang memiliki Transjakarta, Commuter Line, Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), Jak Lingko, dan lainnya. Wilayah penyangga dengan alokasi anggaran yang lebih sedikit jelas tidak akan memberikan fasilitas transportasi publik yang terintegrasi dan berkualitas. Generasi milenial harus berkorban dan telit dalam memilih lokasi agar mendekati stasiun atau terminal terdekat agar tetap bisa memanfaatkan kendaraan umum untuk berangkat kerja atau bepergian ke wilayah lain, itu kalau tidak punya kendaraan pribadi ya.

3. Budaya penduduk yang berbeda
Saat membeli rumah di Depok yang mayoritas penduduk aslinya Betawi jelas tidak bisa disamakan dengan Bogor yang kebanyakan Sunda. Intinya generasi milenial apalagi yang berasal dari Jakarta harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya sekitar. Mudahnya seperti apabila terbiasa hidup di lingkungan individualis, maka harus menyesuaikan jika pindah ke wilayah yang budayanya gotong - royong. 

4. Keamanan dan ketertiban lingkungan yang berbeda
Keamanan dan ketertiban lingkungan wilayah penyangga biasanya tidak lebih baik dengan pusat kota karena ini berhubungan dengan banyak hal seperti kebiasaan, peraturan aparatur keamanan, hingga kebijakan pemerintah daerah. Misal jika di Jakarta kita sering melihat Polisi Lalu Lintas berpatroli, itu tidak akan terjadi jika kita pindah ke wilayah Cikarang. Sulit sekali mencari Polisi berpatroli jauh dari posnya disini.

Namun impian tetaplah impian...

Impian Generasi Milenial Jakarta Untuk Bisa Memiliki Rumah
sumber : pexels
Bekerja keras datang dari daerah nun jauh disana ke Jakarta mengadu nasib membanting tulang dan menutup wajah setebal mungkin demi bisa mengumpulkan pundi - pundi rupiah. Akhirnya generasi milenial akan masuk ke fase dimana kebutuhan pokok primer manusia menjadi kunci achievement karir mereka, Sandang - Pangan - Papan.

Sandang jelas adalah pakaian yang dimiliki, Pangan adalah makanan yang dikonsumi setiap hari, Papan adalah hunian tempat tinggal yang lebih dekat pada rumah ya dibandingkan flat atau apartemen. Jika seorang generasi milenial dalam kondisi lajang maupun sudah menikah bisa memenuhi tiga faktor ini tanpa membebani orang lain, maka sudah sepantasnya mereka berbangga hati.

Harga rumah orang tua saya, saya jujur - jujuran saja, di Cilandak itu harga tanahnya sudah mencapai Rp. 15.000.000 per meter persegi. Padahal rumahnya di gang kecil yang hanya bisa dilewati motor, namun karena sangat dekat dengan jalan tol TB. Simatupang dan zona perkantoran, harganya melejit naik. Artinya apa ? Kalau saya punya satu istri dan dua anak, anggap saja saya membutuhkan rumah dengan 3 kamar tidur dan luasnya minimal 72 meter persegi, jika diuangkan akan menjadi Rp. 1.080.000.000. Dengan upah minimum Jakarta yang hanya Rp. 5.000.000 artinya butuh menabung 216 bulan tanpa mengeluarkan biaya apapun.

Bandingkan dengan perumahan komersil di wilayah penyangga yang harganya cuma berkisar Rp. 4.000.000 per meter persegi. Bahkan kalau memenuhi syarat untuk membeli rumah subsidi pemerintah, harganya cuma berkisar Rp. 2.0000.000 per meter persegi. Minusnya perumahan subsidi adalah lokasi yang hampir bisa dipastikan sangat jauh dari jalan utama dan pusat keramaian.

Impian Generasi Milenial Jakarta Untuk Bisa Memiliki Rumah
sumber : pexels

Semuanya kembali pada kemauan dan kemampuan. Di Jakarta ada generasi milenial yang pertama kali bekerja langsung mendapatkan gaji Rp. 15.000.000 per bulan, namun tentu mayoritas mereka yang baru mulai bekerja akan mendapatkan gaji minimum Rp. 5.000.000 per bulan. 

Semua harus diperhitungkan karena menurut saya rumah adalah jodoh. Rumah yang megah belum tentu berjodoh dengan rejeki dan kedamaian keluarga kita, yakinlah. 

Saya pernah mencoba beberapa kalkulator jika ingin mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan salah satu yang sering saya pakai Kalkulator Hipotek ini. Diabaikan saja mata uangnya dan fokus pada angka perhitungan yang harus diisi. Biasanya hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan perhitungan bank.

Covid-19 menghantam Indonesia sebenarnya cukup terlambat.  Kasus pertama baru terjadi pada Februari 2020 dan status pandemi Covid-19 baru dicabut oleh Pemerintah Indonesia pada bulan Juni 2023. Waktu yang panjang untuk beradaptasi dengan virus ini dan vaksinnya. Penjualan properti benar - benar turun selama periode pandemi tersebut, namun di 2024 banyak kalangan yang memprediksi bahwa pasar properti Indonesia akan kuat dan berkembang.

Ini disebabkan karena Indonesia memiliki 88 juta jiwa generasi muda yang merupakan pasar utama penjualan properti dengan daya beli menengah. Belum lagi generasi dibawahnya yang siap masuk ke usia produktif. Indonesia benar - benar pasar yang besar untuk industri properati. Itulah mengapa pengembang besar seperti Lippo, Sinar Mas, dan Ciputra berani membangun perumahan di wilayah penyangga yang secara langsung menaikkan gengsi wilayah tersebut. Sebut saja Sawangan dan Cibubur yang dulu tidak punya nama, sekarang jadi wilayah penyangga dengan harga tanah perumahan yang terus merangkak naik.

Impian Generasi Milenial Jakarta Untuk Bisa Memiliki Rumah
sumber : pexels

Sekarang tinggal bagaimana kebijakan Pemerintah Indonesia bisa mendukung generasi milenial bisa memiliki rumahnya sendiri. Jangan sampai di Jakarta, anak muda sampai tidak bisa memiliki rumahnya karena tingginya nilai tanah tidak sebanding dengan pendapatan minimal mereka sendiri.

Semoga impian ini bukan sebatas impian dan saya secara pribadi berharap inisiasi Kota Megapolitan Jakarta yang menyatukan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi bisa benar - benar terwujud kedepannya agar Jakarta bisa lebih leluasa untuk berkembang secara ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan secara politik.

No comments:

berikan komentar anda dengan bijak. untuk memasang link anda kami sarankan menggunakan Name/URL demi kenyamanan kita bersama. salam wirausaha.

Powered by Blogger.